Latest Post
10.54
Wayang Kulit Banyumas - Leather Puppets, Shadow Play
Written By banyumascilacap on Jumat, 12 Juli 2013 | 10.54
Label:
video
10.47
Kota Banyumas Tempo Doeloe
Kota Banyumas Tempo Doeloe
Stasiun Idjo 1920,Mendorong Gerobak tebu 1908,Menyeberang Sungai Serajoe,Jembatan Patikradja 1905,Jembatan Kerata Api Gambarsari 1892,Gedung Club Harmoni 1900,rumah adminitrasi perkebunan karet kroempoet 1900,karasidenan banyumas tempo dulu,stasiun sukaradja 1900,karyawan pabrik rokok cap jempol,pasar wage bagian belakang 1980,r soetedja pencipta lagu ditepinya sungai serayu 1909 - 1960,suasana pasar malam purwokerto,suasna sidang dilandraad banyumas 1920,stasiun kroja 1925,
Label:
video
01.34
Keunikan Salat Jumat di Masjid Saka Tunggal
Masjid Saka Tunggal di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, memiliki
keunikan yaitu arsitektur bangunannya yang hanya terpancang satu tiang
penyangga di tengah masjid. Namun, selain itu ada juga lelaku masyarakat
sekitarnya dalam beribadah yang unik.
Seperti pada salat Jumat, para jemaah sebelum salat melantunkan puji-pujian. Selawatan dengan dilagukan secara koor, sehingga terasa begitu kental nuansa tradisional Jawanya. Tak hanya itu, beberapa jemaah mengenakan udeng-udeng atau ikat kepala bermotif batik.
Hanya di Masjid Saka Tunggal saja kita masih bisa menjumpai muazin salat Jumat berjumlah empat orang. Mereka melantunkan azan tanpa mengenakan pengeras suara. Baris berjejer di depan mimbar khotbah, berpakaian baju panjang warna putih, kepalanya terikat udeng-udeng. Sementara jemaah lainnya diam, mendengarkan secara khusyuk.
Lalu tata cara salat jamaah di masjid kuno ini tak jauh berbeda dengan masjid-masjid lain pada umumnya. Khusus pada salat Jumat, semua rangkaian salat Jumat dilakukan berjamaah, mulai dari salat tahiyatul masjid, qobliah jumat, shalat Jumat, bakdiyah Jumat, salat Zuhur, hingga bakdiyah Zuhur. Dengan demikian jumlah rakaat salat Jumat yang dikerjakan berjamaah sebanyak 14 rakaat.
Pesan atau khotbah Jumat dibacakan dengan menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Demikian halnya bila mengutip terjemahan sebuah ayat suci Al Quran ataupun hadis. ”Cara ibadah kami seperti ini sudah menjadi adat kami turun-temurun. Kami tidak ada yang berani mengubahnya,” kata Sopani (62) imam solat Jumat Masjid Saka Tunggal. (ekadila)
Sumber: http://satelitnews.co
Seperti pada salat Jumat, para jemaah sebelum salat melantunkan puji-pujian. Selawatan dengan dilagukan secara koor, sehingga terasa begitu kental nuansa tradisional Jawanya. Tak hanya itu, beberapa jemaah mengenakan udeng-udeng atau ikat kepala bermotif batik.
Hanya di Masjid Saka Tunggal saja kita masih bisa menjumpai muazin salat Jumat berjumlah empat orang. Mereka melantunkan azan tanpa mengenakan pengeras suara. Baris berjejer di depan mimbar khotbah, berpakaian baju panjang warna putih, kepalanya terikat udeng-udeng. Sementara jemaah lainnya diam, mendengarkan secara khusyuk.
Lalu tata cara salat jamaah di masjid kuno ini tak jauh berbeda dengan masjid-masjid lain pada umumnya. Khusus pada salat Jumat, semua rangkaian salat Jumat dilakukan berjamaah, mulai dari salat tahiyatul masjid, qobliah jumat, shalat Jumat, bakdiyah Jumat, salat Zuhur, hingga bakdiyah Zuhur. Dengan demikian jumlah rakaat salat Jumat yang dikerjakan berjamaah sebanyak 14 rakaat.
Pesan atau khotbah Jumat dibacakan dengan menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Demikian halnya bila mengutip terjemahan sebuah ayat suci Al Quran ataupun hadis. ”Cara ibadah kami seperti ini sudah menjadi adat kami turun-temurun. Kami tidak ada yang berani mengubahnya,” kata Sopani (62) imam solat Jumat Masjid Saka Tunggal. (ekadila)
Sumber: http://satelitnews.co
Label:
Berita Banyumas
01.30
27 Juli, Kartu Banyumas Sehat Disebarkan
PURWOKERTO – Pasangan Achmad Husein–Budhi Setiawan akan
segera menepati janji kampanye yang mereka gembor-gemborkan. Sebab,
tanggal 20 Juli mendatang, Kartu Banyumas Sehat (KBS) yang menjadi
program unggulan kampanye mereka dijadwalkan selesai dicetak.
“Tanggal 20 Juli, KBS tahap awal selesai dicetak dan akan langsung disebarkan. Penyebaran paling lambat akan dilaksanakan pada 27 Juli mendatang,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein dalam Rapat Koordinasi Persiapan KBS di Gedung Graha Satria Pemkab Banyumas, Rabu (10/7).
Menghadapi hal ini, Husein meminta seluruh jajaran Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan rumah sakit untuk berbenah diri dan bersiap melayani pasien ber-KBS. Selain itu, dia juga mengajak para camat dari 27 kecamatan di Banyumas untuk menyukseskan sosialisasi dan distribusi KBS.
Dikatakan juga, launching awal KBS akan digawangi oleh Wakil Bupati Banyumas, Budhi Setiawan. “dr Budhi akan memilih satu desa di Banyumas dan me-launching kartu tersebut di sana, pemilihan desa saya serahkan ke dr Budhi,” kata bupati.
Dalam pembagian KBS tahap pertama ini, masing-masing desa di seluruh Kabupaten Banyumas akan dijatah 30 KBS. Nantinya, jumlah penerima akan terus diperbanyak hingga dapat meng-cover seluruh masyarakat miskin. “Penentuan 30 penerima awal dilakukan melalui koordinasi desa, kecamatan, dan puskesmas,” ujarnya.
Husein lebih lanjut mengingatkan seluruh camat agar segera berkoordinasi dengan puskesmas di daerah masing-masing. Koordinasi ini terkait selektivitas rujukan. “Puskesmas boleh merujuk pasien ke RSUD Banyumas atau RSUD Ajibarang jika kondisi memang dibutuhkan, kalau cuma flu atau penyakit ringan ya tidak usah dirujuk, kasihan rumah sakitnya,” kata dia.
Untuk warga miskin yang sementara belum memiliki KBS, Husein menjelaskan, mereka tetap dapat menerima bantuan dana KBS. “Warga tinggal datang ke Dinas Kesehatan, daftar KBS, lalu hari itu juga KBS akan dicetak dan dia langsung dapat menggunakaan kartu tersebut,” kata Husein.
Soal Anggaran, lanjut Husein, Pemkab juga telah mengajukan tambahan anggaran dalam anggaran perubahan. “Kalau tahun lalu dengan Jamkesda kita cukup Rp 9 miliar, maka tahun ini kita akan mengusulkan Rp 20 miliar, dan tahun selanjutnya kita menganggarkan Rp 30 miliar,” katanya. (pan)
Sumber: http://satelitnews.co
“Tanggal 20 Juli, KBS tahap awal selesai dicetak dan akan langsung disebarkan. Penyebaran paling lambat akan dilaksanakan pada 27 Juli mendatang,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein dalam Rapat Koordinasi Persiapan KBS di Gedung Graha Satria Pemkab Banyumas, Rabu (10/7).
Menghadapi hal ini, Husein meminta seluruh jajaran Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan rumah sakit untuk berbenah diri dan bersiap melayani pasien ber-KBS. Selain itu, dia juga mengajak para camat dari 27 kecamatan di Banyumas untuk menyukseskan sosialisasi dan distribusi KBS.
Dikatakan juga, launching awal KBS akan digawangi oleh Wakil Bupati Banyumas, Budhi Setiawan. “dr Budhi akan memilih satu desa di Banyumas dan me-launching kartu tersebut di sana, pemilihan desa saya serahkan ke dr Budhi,” kata bupati.
Dalam pembagian KBS tahap pertama ini, masing-masing desa di seluruh Kabupaten Banyumas akan dijatah 30 KBS. Nantinya, jumlah penerima akan terus diperbanyak hingga dapat meng-cover seluruh masyarakat miskin. “Penentuan 30 penerima awal dilakukan melalui koordinasi desa, kecamatan, dan puskesmas,” ujarnya.
Husein lebih lanjut mengingatkan seluruh camat agar segera berkoordinasi dengan puskesmas di daerah masing-masing. Koordinasi ini terkait selektivitas rujukan. “Puskesmas boleh merujuk pasien ke RSUD Banyumas atau RSUD Ajibarang jika kondisi memang dibutuhkan, kalau cuma flu atau penyakit ringan ya tidak usah dirujuk, kasihan rumah sakitnya,” kata dia.
Untuk warga miskin yang sementara belum memiliki KBS, Husein menjelaskan, mereka tetap dapat menerima bantuan dana KBS. “Warga tinggal datang ke Dinas Kesehatan, daftar KBS, lalu hari itu juga KBS akan dicetak dan dia langsung dapat menggunakaan kartu tersebut,” kata Husein.
Soal Anggaran, lanjut Husein, Pemkab juga telah mengajukan tambahan anggaran dalam anggaran perubahan. “Kalau tahun lalu dengan Jamkesda kita cukup Rp 9 miliar, maka tahun ini kita akan mengusulkan Rp 20 miliar, dan tahun selanjutnya kita menganggarkan Rp 30 miliar,” katanya. (pan)
Sumber: http://satelitnews.co
Label:
Berita Banyumas
01.09
Kepriwe; Priwe sama artinya dengan Bagaimana:
Yaitu kata tanya untuk menanyakan cara, perbuatan (lazimnya diikuti kata cara): --caranya membeli buku dr luar negeri?; 2 kata tanya untuk menanyakan akibat suatu tindakan: -- kalau dia lari nanti?; 3 kata tanya untuk meminta pendapat dr kawan bicara (diikuti kata kalau): -- kalau kita pergi ke Puncak?; 4 kata tanya untuk menanyakan penilaian atas suatu gagasan: -- pendapatmu?;
se·ba·gai·ma·na p sebagai halnya; spt yg telah dikatakan; sama halnya dng: - diramalkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika, hari ini tidak hujan;
- lagi lebih-lebih lagi; - pula demikian pula
Kepriwe; Priwe sama artinya dengan Bagaimana:
Written By Saputro on Rabu, 10 Juli 2013 | 01.09
Kepriwe; Priwe sama artinya dengan Bagaimana:
Yaitu kata tanya untuk menanyakan cara, perbuatan (lazimnya diikuti kata cara): --caranya membeli buku dr luar negeri?; 2 kata tanya untuk menanyakan akibat suatu tindakan: -- kalau dia lari nanti?; 3 kata tanya untuk meminta pendapat dr kawan bicara (diikuti kata kalau): -- kalau kita pergi ke Puncak?; 4 kata tanya untuk menanyakan penilaian atas suatu gagasan: -- pendapatmu?;
se·ba·gai·ma·na p sebagai halnya; spt yg telah dikatakan; sama halnya dng: - diramalkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika, hari ini tidak hujan;
- lagi lebih-lebih lagi; - pula demikian pula
Label:
Kamus Ngapak Populer
00.56
Madhang artinya:
Memasukkan makanan pokok ke dl mulut serta mengunyah dan menelannya:mereka -- tiga kali sehari; 2 v memasukkan sesuatu ke dl mulut, kemudian mengunyah dan menelannya: ia sedang -- pisang; 3 v memasukkan sesuatu ke dl mulut dan mengunyah-ngunyahnya: Nenek sedang -- sirih; 4 v memasukkan sesuatu ke dl mulut dan menelannya: pasien harus -- pil;
Madhang artine
Madhang artinya:
Memasukkan makanan pokok ke dl mulut serta mengunyah dan menelannya:mereka -- tiga kali sehari; 2 v memasukkan sesuatu ke dl mulut, kemudian mengunyah dan menelannya: ia sedang -- pisang; 3 v memasukkan sesuatu ke dl mulut dan mengunyah-ngunyahnya: Nenek sedang -- sirih; 4 v memasukkan sesuatu ke dl mulut dan menelannya: pasien harus -- pil;
Label:
Kamus Ngapak Populer
22.54
Anggota DPR-RI (1992-2009) berwawasan kebangsaan ini sangat sering berada pada momen perubahan yang sangat penting dan dahsyat. Ketua Umum Gerakan Pemuda Anshor (1985-1995) ini salah seorang konseptor kembalinya Nahdlatul Ulama ke Khittoh 1926. Ketua Dewan Kehormaatan DPR (2004-2007)ini, berperan penting dalam perubahan dan peningkatan etos kerja anggota legislatif.
Mantan
wartawan ini seorang yang berperan penting dalam konvensi calon presiden dari Partai
Golkar, suatu inovasi dalam dunia politik Indonesia. Saat mahasiswa, ia menjadi juru bicara memperjuangkan agar PMII, menjadi organisasi yang independen dari struktur Partai NU. Kemudian, sebagai Wakil Ketua Panitia Ad-Hoc (PAH) I Badan Pekerja MPR aktif mempersiapkan perubahan UUD 1945.
Tokoh muda yang sering berperan dalam perubahan ini, sungguh punya andil dalam kembalinya NU ke Khittoh 1926. Pada awal tahun 80-an, tokoh-tokoh muda NU, mendorong agar NU mengambil langkah untuk keluar dari partai politik (
Partai Persatuan Pembangunan). Agar NU kembali ke Khittoh 1926. Karena selama masih terlibat dengan politik, segala enerjinya terserap ke arah itu. Padahal hakekatnya NU didirikan adalah untuk mengurus hal-hal keagamaan, pendidikan, dakwah, sosial dan perekonomian. Sehingga pada tahun 1983 mereka merumuskan strategi pembaruan NU melalui tema Kembali ke Kkhittoh
Nahdlatul Ulama.
Ketika itu, ia termasuk orang yang membidani konsep tersebut di kelompok G yaitu sebuah kelompok yang sering berkumpul di sebuah gang bernama Gang G di Mampang, Jakarta Selatan. "Kelompok inilah sebagai motor pergerakan perubahan di NU saat itu," ungkap si 'anak nakal' semasa remaja ini, dalam percakapannya dengan
wartawan Tokoh Indonesia.Com, di ruang kerjanya di Jakarta, Senin, 25 November 2002. (Tokoh Indonesia.Com juga mewawancarai tokoh bersahaja ini pada Senin 21 Juli 2003).
Kemudian pada tahun 1983 diadakan Munas Alim Ulama NU dilanjutkan dengan muktamar NU 1984, setahun kemudian . Dalam Munas maupun Muktamar itu, ia menjadi sekretaris komisi khittoh. Dengan sendirinya ia menjadi salah seorang perumus. Sesungguhnya persiapan rumusan itu dikerjakan oleh tim kecil dari Jakarta. Waktu itu yang ditugaskan adalah Abdurahman Wahid untuk menyiapkan naskah.
Tetapi karena sibuk, Slamet atas permintaan Almarhum Dr.Fahmi Saifuddin menyusun naskah Khittoh NU. Ia mengerjakannya malam itu juga. Paginya, ia menyerahkan naskah tersebut ke Fahmi dengan pesan agar dibaca dulu oleh
Abdurrahman Wahid sebelum diperbanyak. Ketika ia ketemu
Gus Dur, ia tanya sudah membaca naskah itu, dijawabnya sudah. "Sudah baik kok Mas", kata
Gus Dur.
Peran Slamet diakui sendiri oleh
Abdurrahman Wahid. Antara lain dalam pidatonya di stadion Widodo, Purwokerto, tahun 1985 seusai Muktamar NU. Di depan massa,
Gus Dur secara jujur mengatakan, bahwa banyak orang mengira yang menyusun dan membidani Khittoh NU adalah dirinya. Padahal, katanya, bidannya adalah orang Purwokerto. Maksudnya yaitu Slamet Effendy Jusuf.
Hal serupa pernah dikemukakan Gus Dur di depan
Menteri Agama Munawir Sjadzali di rumah Gus Dur (waktu itu masih di Cilandak) selesai Muktamar. Sambil menunjuk Slamet, Gus Dur bilang: "Pak Munawir, sebenarnya ini ibarat kerbau punya susu, tapi sapi punya nama. Mas Slamet yang nyusun orang-orang mengira saya." Maka tak berlebihan ketika Majalah Aula, sebuah majalah NU di Jawa Timur, mengungkapkannya dalam artikel berjudul "Slamet Effendy Yusuf, Konseptor Sejati Khittoh".
Sebelumnya, sebagai Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, pada tahun 1972, ia ikut memotori perubahan agar PMII independen dari Partai NU. Begitu pula dalam mempersiapkan perubahan UUD 1945, ia aktif sebagai Wakil Panitia Ad-Hoc (PAH) I Badan Pekerja MPR.
Ia memang seorang pelaku dalam beberapa perubahan. Terakhir, sebagai Ketua Pelaksana Harian Panitia Konvensi Nasional Partai
Golkar, ia berperan dalam sebuah terobosan baru penyeleksian calon presiden dan wakil presiden dari Partai
Golkar.
Dia pun menulis buku yang berjudul "Ikut dalam Perubahan.' Sebelumnya, dia sudah menulis beberapa buku bersama sahabat-sahabatnya. Antara lain:buku "Reformasi Konstitusi, Perubahan Pertama UUD' 45" yang disusun bersama Umar Basalim, diterbitkan tahun 2000 dan buku "Dinamika Kaum Santri" yang disusun bersama Ichwan Sjam dan Masdar F.Mas'udi, diterbitkan oleh penerbit Rajawali, tahun 1983.
Matan Ketua DPP Partai Golkar ini, dikenal sebagai seorang
politisi yang berjiwa kebangsaan. Ketika direkrut menjadi anggota Golkar, sebuah majalah di luar negeri, Asia Week, menyebutnya sebagai seorang yang mempunyai wawasan kebangsaan yang kental, memiliki sifat yang tidak eksklusif, kendati lahir dari kalangan santri dan pemimpin muda Islam.
Semasa menjabat Ketua Umum Pemuda Ansor, ia memang sering mengadakan kerja sama atau acara-acara bersama dengan organisasi kepemudaan agama lain, Katolik, Budha, Protestan dan Hindu. Sebagai contoh, ketika Pemuda Ansor mengadakan acara yang bernama Kemah Pemuda Untuk Kebangsaan. Acara itu diikuti berbagai organisasi kepemudaan dari berbagai agama. Saat itu ia membuat kebijaksanaan, dalam setiap tenda harus terdiri dari anggota berbagai agama. Hal itu dilaksanakan dengan baik dan membuahkan saling pengertian.
Sering kali mereka justru saling mengingatkan. Ketika menjelang subuh, yang Kristen membangunkan dan mengingatkan yang Islam untuk sembahyang subuh. Kemudian ketika hari Minggu, yang Islam mengingatkan yang Kristen untuk kebaktian. Sehingga di situ setiap orang belajar untuk menghormati bahkan mendorong penganut agama lain untuk melaksanakan ajaran agamanya.
Sumber: http://www.tokohindonesia.com
Drs. H. Slamet Effendy Yusuf,MSi
Written By banyumascilacap on Selasa, 25 Juni 2013 | 22.54
Anggota DPR-RI (1992-2009) berwawasan kebangsaan ini sangat sering berada pada momen perubahan yang sangat penting dan dahsyat. Ketua Umum Gerakan Pemuda Anshor (1985-1995) ini salah seorang konseptor kembalinya Nahdlatul Ulama ke Khittoh 1926. Ketua Dewan Kehormaatan DPR (2004-2007)ini, berperan penting dalam perubahan dan peningkatan etos kerja anggota legislatif.
Mantan
wartawan ini seorang yang berperan penting dalam konvensi calon presiden dari Partai
Golkar, suatu inovasi dalam dunia politik Indonesia. Saat mahasiswa, ia menjadi juru bicara memperjuangkan agar PMII, menjadi organisasi yang independen dari struktur Partai NU. Kemudian, sebagai Wakil Ketua Panitia Ad-Hoc (PAH) I Badan Pekerja MPR aktif mempersiapkan perubahan UUD 1945.
Tokoh muda yang sering berperan dalam perubahan ini, sungguh punya andil dalam kembalinya NU ke Khittoh 1926. Pada awal tahun 80-an, tokoh-tokoh muda NU, mendorong agar NU mengambil langkah untuk keluar dari partai politik (
Partai Persatuan Pembangunan). Agar NU kembali ke Khittoh 1926. Karena selama masih terlibat dengan politik, segala enerjinya terserap ke arah itu. Padahal hakekatnya NU didirikan adalah untuk mengurus hal-hal keagamaan, pendidikan, dakwah, sosial dan perekonomian. Sehingga pada tahun 1983 mereka merumuskan strategi pembaruan NU melalui tema Kembali ke Kkhittoh
Nahdlatul Ulama.
Ketika itu, ia termasuk orang yang membidani konsep tersebut di kelompok G yaitu sebuah kelompok yang sering berkumpul di sebuah gang bernama Gang G di Mampang, Jakarta Selatan. "Kelompok inilah sebagai motor pergerakan perubahan di NU saat itu," ungkap si 'anak nakal' semasa remaja ini, dalam percakapannya dengan
wartawan Tokoh Indonesia.Com, di ruang kerjanya di Jakarta, Senin, 25 November 2002. (Tokoh Indonesia.Com juga mewawancarai tokoh bersahaja ini pada Senin 21 Juli 2003).
Kemudian pada tahun 1983 diadakan Munas Alim Ulama NU dilanjutkan dengan muktamar NU 1984, setahun kemudian . Dalam Munas maupun Muktamar itu, ia menjadi sekretaris komisi khittoh. Dengan sendirinya ia menjadi salah seorang perumus. Sesungguhnya persiapan rumusan itu dikerjakan oleh tim kecil dari Jakarta. Waktu itu yang ditugaskan adalah Abdurahman Wahid untuk menyiapkan naskah.
Tetapi karena sibuk, Slamet atas permintaan Almarhum Dr.Fahmi Saifuddin menyusun naskah Khittoh NU. Ia mengerjakannya malam itu juga. Paginya, ia menyerahkan naskah tersebut ke Fahmi dengan pesan agar dibaca dulu oleh
Abdurrahman Wahid sebelum diperbanyak. Ketika ia ketemu
Gus Dur, ia tanya sudah membaca naskah itu, dijawabnya sudah. "Sudah baik kok Mas", kata
Gus Dur.
Peran Slamet diakui sendiri oleh
Abdurrahman Wahid. Antara lain dalam pidatonya di stadion Widodo, Purwokerto, tahun 1985 seusai Muktamar NU. Di depan massa,
Gus Dur secara jujur mengatakan, bahwa banyak orang mengira yang menyusun dan membidani Khittoh NU adalah dirinya. Padahal, katanya, bidannya adalah orang Purwokerto. Maksudnya yaitu Slamet Effendy Jusuf.
Hal serupa pernah dikemukakan Gus Dur di depan
Menteri Agama Munawir Sjadzali di rumah Gus Dur (waktu itu masih di Cilandak) selesai Muktamar. Sambil menunjuk Slamet, Gus Dur bilang: "Pak Munawir, sebenarnya ini ibarat kerbau punya susu, tapi sapi punya nama. Mas Slamet yang nyusun orang-orang mengira saya." Maka tak berlebihan ketika Majalah Aula, sebuah majalah NU di Jawa Timur, mengungkapkannya dalam artikel berjudul "Slamet Effendy Yusuf, Konseptor Sejati Khittoh".
Sebelumnya, sebagai Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, pada tahun 1972, ia ikut memotori perubahan agar PMII independen dari Partai NU. Begitu pula dalam mempersiapkan perubahan UUD 1945, ia aktif sebagai Wakil Panitia Ad-Hoc (PAH) I Badan Pekerja MPR.
Ia memang seorang pelaku dalam beberapa perubahan. Terakhir, sebagai Ketua Pelaksana Harian Panitia Konvensi Nasional Partai
Golkar, ia berperan dalam sebuah terobosan baru penyeleksian calon presiden dan wakil presiden dari Partai
Golkar.
Dia pun menulis buku yang berjudul "Ikut dalam Perubahan.' Sebelumnya, dia sudah menulis beberapa buku bersama sahabat-sahabatnya. Antara lain:buku "Reformasi Konstitusi, Perubahan Pertama UUD' 45" yang disusun bersama Umar Basalim, diterbitkan tahun 2000 dan buku "Dinamika Kaum Santri" yang disusun bersama Ichwan Sjam dan Masdar F.Mas'udi, diterbitkan oleh penerbit Rajawali, tahun 1983.
Matan Ketua DPP Partai Golkar ini, dikenal sebagai seorang
politisi yang berjiwa kebangsaan. Ketika direkrut menjadi anggota Golkar, sebuah majalah di luar negeri, Asia Week, menyebutnya sebagai seorang yang mempunyai wawasan kebangsaan yang kental, memiliki sifat yang tidak eksklusif, kendati lahir dari kalangan santri dan pemimpin muda Islam.
Semasa menjabat Ketua Umum Pemuda Ansor, ia memang sering mengadakan kerja sama atau acara-acara bersama dengan organisasi kepemudaan agama lain, Katolik, Budha, Protestan dan Hindu. Sebagai contoh, ketika Pemuda Ansor mengadakan acara yang bernama Kemah Pemuda Untuk Kebangsaan. Acara itu diikuti berbagai organisasi kepemudaan dari berbagai agama. Saat itu ia membuat kebijaksanaan, dalam setiap tenda harus terdiri dari anggota berbagai agama. Hal itu dilaksanakan dengan baik dan membuahkan saling pengertian.
Sering kali mereka justru saling mengingatkan. Ketika menjelang subuh, yang Kristen membangunkan dan mengingatkan yang Islam untuk sembahyang subuh. Kemudian ketika hari Minggu, yang Islam mengingatkan yang Kristen untuk kebaktian. Sehingga di situ setiap orang belajar untuk menghormati bahkan mendorong penganut agama lain untuk melaksanakan ajaran agamanya.
Sumber: http://www.tokohindonesia.com
A. DATA PRIBADI
| ||||||||
Nama Lengkap & Gelar
|
:
|
Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, MSi
| ||||||
Jenis Kelamin
|
:
|
Laki-Laki
| ||||||
Tempat & Tanggal Lahir
|
:
|
Purwokerto, 12-Agustus-1948
| ||||||
Agama
|
:
|
Islam
| ||||||
Status Pernikahan
|
:
|
Menikah
| ||||||
Nama Istri/Suami
|
:
|
Dra.Hj. Siti Aniroh
| ||||||
Pekerjaan Istri/Suami
|
:
|
-
| ||||||
Jumlah Anak
|
:
|
3 (tiga) Orang
| ||||||
Alamat Kantor
|
:
|
| ||||||
Telpon,Fax Kantor
|
:
|
5755270, 5755271, 518, 5715520, 5715896
| ||||||
Alamat Rumah
|
:
|
| ||||||
Telpon,Fax Rumah
|
:
|
7989264, (0281) 571491
| ||||||
Email
|
:
|
-
| ||||||
Website
|
:
|
-
|
| ||||
1
|
SR 1962
| |||
2
|
Madrasah Mualimin Al Hidayah Purwokerto 1968
| |||
3
|
IAIN Yogyakarta jurusan Qodlo/hukum 1976
| |||
4
|
S2 Bidang Politik UI 2001
|
| ||||
1
|
Waka PAH I Badan Pekerja MPR RI 1999-2002
| |||
2
|
Anggota DPR/ MPR RI 1999 sekarang
| |||
3
|
Waka Korbid Polkam FKP DPR RI 1997-1999
| |||
4
|
Anggota DPR/MPR RI 1992-1997
| |||
5
|
Wakil Pimpinan Umum Harian Pelita 1992-1998
|
| ||||
1
|
Ketua Harian Bappilu 2004 Golkar 2003-sekarang
| |||
2
|
Ketua Harian panitia Konas Golkar 2003-sekarang
| |||
3
|
Ketua DPP Golkar Korbid pemenangan Pemilu 1998-sekarang
| |||
4
|
Sekretaris ICMI Pusat 1995-2000
| |||
5
|
Ketua DPP MDI 1994-1999
| |||
6
|
Anggota Bapekkapus Golkar 1993-1998
| |||
7
|
Wakil Sekjen DPP MDI 1989-1994
|
Label:
Tokoh Banyumas Cilacap
22.40
Gatot Soebroto
Jenderal Gatot Soebroto (lahir di Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober 1907 – meninggal di Jakarta, 11 Juni 1962 pada umur 54 tahun) adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang. Pada tahun 1962, Soebroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut SK Presiden RI No.222 tanggal 18 Juni 1962. Ia juga merupakan ayah angkat dari Bob Hasan, seorang pengusaha ternama dan mantan menteri Indonesia pada era Soeharto.
Setamat pendidikan dasar di HIS, Gatot Subroto tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, namun memilih menjadi pegawai. Namun tak lama kemudian pada tahun 1923 memasuki sekolah militer KNIL di Magelang. Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan PETA di Bogor. Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat TKR dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.
Setelah ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan, pada tahun 1949 Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T&T) IV I Diponegoro.
Pada tahun 1953, beliau sempat mengundurkan diri dari dinas militer, namun tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad).
Beliau adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (AD,AU,AL) untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1965.
Setamat pendidikan dasar di HIS, Gatot Subroto tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, namun memilih menjadi pegawai. Namun tak lama kemudian pada tahun 1923 memasuki sekolah militer KNIL di Magelang. Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan PETA di Bogor. Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat TKR dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.
Setelah ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan, pada tahun 1949 Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T&T) IV I Diponegoro.
Pada tahun 1953, beliau sempat mengundurkan diri dari dinas militer, namun tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad).
Beliau adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (AD,AU,AL) untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1965.
Label:
Tokoh Banyumas Cilacap
22.06
Pemkab Cilacap Siapkan Festival Nusakambangan dan Segara Anakan
Pemerintah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyiapkan Festival Nusakambangan dan Segara Anakan sebagai salah satu bentuk kampanye penyelamatan lingkungan.
“Festival ini rencananya akan digelar pada akhir Juni bertepatan dengan liburan sekolah,” kata Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, dan Pengelola Kawasan Sumber Daya Segara Anakan Kabupaten Cilacap Mochammad Harnanto di Cilacap, Selasa.
Ia menjelaskan berbagai kegiatan akan digelar dalam festival itu di antaranya seminar nasional, lomba karya jurnalistik, dan fotografi tingkat nasional.
“Seluruhnya bertemakan upaya penyelamatan kawasan Segara Anakan dan Pulau Nusakambangan,” kata dia.
Ia mengatakan kegiatan tersebut digelar saat liburan sekolah guna mengenalkan upaya penyelamatan lingkungan terhadap para pelajar.
Menurut dia, festival itu juga merupakan bagian dari kegiatan Promosi Investasi Pulau-pulau Kecil dan Pesisir Tingkat Nasional.
“Harapan kita melalui kegiatan ini akan semakin banyak yang mengetahui betapa pentingnya penyelamatan Segara Anakan dan Nusakambangan agar dapat dipertahankan keberadaannya,” katanya.
Dia mengharapkan festival tersebut dapat mengangkat potensi pariwisata Pulau Nusakambangan dan Segara Anakan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Cilacap.
Pihaknya melalui kegiatan itu akan mengundang para ahli guna membahas kegiatan fisik berupa pengerukan Segara Anakan yang direncanakan pemerintah pada 2014.
“Kalau tahun 2013 belum ada rencana kegiatan fisik terkait upaya penyelamatan Segara Anakan yang mengalami sedimentasi. Hanya saja, kemarin kita meresmikan `tracking mangrove` sebagai laboratorium mangrove dengan dilengkapi empat gazebo, instalasi pengolahan air bersih, dan pembangkit listrik tenaga surya di Kampung Laut,” katanya.
Pihaknya bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengundang Institut Maritim Indonesia untuk membuat film tentang Nusakambangan dan Segara Anakan.
“Saya juga minta dibuatkan film animasi tentang bagaimana kalau Segara Anakan tidak terselamatkan. Film ini akan disebar ke seluruh dunia sebagai kampanye penyelamatan Segara Anakan,” katanya.
Segara Anakan memiliki daya tarik, yakni memiliki komposisi maupun struktur hutan mangrove terlengkap.
Keberadaan hutan mangrove Segara Anakan memiliki peran penting dalam pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) berbagai jenis burung migrasi.
Selain itu, hutan mangrove di Segara Anakan juga berperan sebagai tempat pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya.
Akan tetapi, kondisi Segara Anakan terus menyempit karena berdasarkan data Dinas Kelautan, Perikanan, dan Pengelola Kawasan Sumber Daya Segara Anakan Kabupaten Cilacap, luas laguna yang semula 6.460 hektare (pada 1903) menyusut menjadi 700 hektare akibat endapan lumpur dari Sungai Citanduy dan Sungai Cimeneng.
Laju sedimentasi tersebut banyak disumbang oleh Sungai Citanduy yang bermuara di Segara Anakan yang mencapai sekitar 760.000 meter kubik lumpur per tahun dan sisanya dari Sungai Cimeneng. Sumber: (ANTARA News)
Label:
Seputar Cilacap
21.57
318 RTS Desa Sokawera Terima Bantuan Sembako
CILONGOK, SATELITPOST-Sebanyak 318 kepala keluarga (KK) yang tercatat sebagai rumah tangga sasaran (RTS) Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok menerima bantuan sembilan bahan pokok (sembako) dari Pemerintah Kabupaten Banyumas. Paket sembako yang dibagikan Senin (24/6), dimulai dengan penyerahan secara simbolis kepada beberapa perwakilan warga oleh Bupati Banyumas, Ir Achmad Husein di halaman Masjid Jami’ Nurul Hidayah Dusun Kubangan desa setempat.
Menurut Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (Bappeluh KP), Ir Wisnu Hermawanto SP, bantuan sembako tersebut untuk mengantisipasi terjadinya rawan pangan serta menanggulangi kejadian rawan pangan kronis dan transien, terlebih pascakenaikan harga BBM yang dirasa warga miskin kian berat.
Penyerahan bantuan sembako dengan total nilai Rp 50 juta itu, lanjutnya, merupakan program pemkab melalui kinerja Bappeluh KP Kabupaten Banyumas, dalam kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan Kabupaten Banyumas tahun 2013.
Lebih rincinya sembako yang dibagikan kepada masyarakat Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok meliputi beras 1.590 kilogram, minyak goreng 636 liter, telur 636 kilogram, bawang putih 159 kilogram, bawang merah 159 kilogram, kacang hijau 159 kilogram, gula pasir 318 kilogram, susu 318 kaleng, mi instan 1.590 bungkus, dan kecap 318 botol. (Ekadila)
Sumber: http://satelitnews.co
Label:
Berita Banyumas