Masjid Saka Tunggal di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, memiliki
keunikan yaitu arsitektur bangunannya yang hanya terpancang satu tiang
penyangga di tengah masjid. Namun, selain itu ada juga lelaku masyarakat
sekitarnya dalam beribadah yang unik.
Seperti pada salat Jumat, para jemaah sebelum salat melantunkan
puji-pujian. Selawatan dengan dilagukan secara koor, sehingga terasa
begitu kental nuansa tradisional Jawanya. Tak hanya itu, beberapa jemaah
mengenakan udeng-udeng atau ikat kepala bermotif batik.
Hanya di Masjid Saka Tunggal saja kita masih bisa menjumpai muazin
salat Jumat berjumlah empat orang. Mereka melantunkan azan tanpa
mengenakan pengeras suara. Baris berjejer di depan mimbar khotbah,
berpakaian baju panjang warna putih, kepalanya terikat udeng-udeng. Sementara jemaah lainnya diam, mendengarkan secara khusyuk.
Lalu tata cara salat jamaah di masjid kuno ini tak jauh berbeda
dengan masjid-masjid lain pada umumnya. Khusus pada salat Jumat, semua
rangkaian salat Jumat dilakukan berjamaah, mulai dari salat tahiyatul
masjid, qobliah jumat, shalat Jumat, bakdiyah Jumat, salat Zuhur, hingga
bakdiyah Zuhur. Dengan demikian jumlah rakaat salat Jumat yang
dikerjakan berjamaah sebanyak 14 rakaat.
Pesan atau khotbah Jumat dibacakan dengan menggunakan bahasa Jawa
Ngoko. Demikian halnya bila mengutip terjemahan sebuah ayat suci Al
Quran ataupun hadis. ”Cara ibadah kami seperti ini sudah menjadi adat
kami turun-temurun. Kami tidak ada yang berani mengubahnya,” kata Sopani
(62) imam solat Jumat Masjid Saka Tunggal. (ekadila)
Sumber: http://satelitnews.co
Home »
Berita Banyumas
» Keunikan Salat Jumat di Masjid Saka Tunggal
Keunikan Salat Jumat di Masjid Saka Tunggal
Written By banyumascilacap on Jumat, 12 Juli 2013 | 01.34
Label:
Berita Banyumas
Posting Komentar